Selasa, 15 Februari 2011

global worming

Pemanasan global atau yang lebih dikenal “global Warming”, sudah tidak asing terdengar
di telinga kita. Hal ini lebih sering dibicarakan setelah dampak dari fenomena tersebut dirasakan
oleh masyarakat dunia. Di Indonesia, banyak terjadinya bencana banjir, kebakaran hutan,
merebaknya wabah penyakit menular, dan musim yang tak menentu disinyalir merupakan imbas
pemanasan global. Pemanasan global ini juga sering disebut “efek rumah kaca”. Jika orang
awam mendengar istilah tersebut, maka akan terbayang rumah atau gedung tinggi yang banyak
menggunakan kaca pada bangunannya. Padahal hal ini salah sama sekali. Kaca-kaca tersebut
tidak menyebabkan pemanasan global itu sendiri. Hal ini hanyalah istilah yang berasal dari
rumah-rumah kaca di negara-negara beriklim sedang. Rumah-rumah tersebut digunakan untuk
membudidayakan buah-buahan serta sayur-sayuran. Prinsip dari rumah kaca tersebut adalah
sinar matahari akan dengan mudah menembus kaca yang bening. Setelah menyinari tumbuhan
yang ada di dalam rumah kaca, sinar akan dipantulkan kembali dan menyebabkan suhu menjadi
hangat. Panas tersebut akan dihalangi oleh kaca-kaca. Sehingga ruangan tetap terjaga
kehangatannya. Begitu pula yang dialami oleh bumi. Cahaya matahari yang sudah sampai ke
permukaan bumi akan tertahan oleh selubung gas-gas rumah kaca sehingga tak dapat kembali ke
angkasa. Pada akhirnya, panas itu akan tetap berada dibumi, lalu akan semakin bertambah, dan
menyebabkan naiknya suhu rata-rata secara bertahap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar